Senin, 21 April 2014

ABBAS Radhiallahu Anhu

Mu'awiyah bertanya lagi kepada Ibnu Abbas Radhiallahu Anhu, "Bagaimana pendapatmu mengenai Abbas?"

Jawab Ibnu Abbas, "Allah merahmati Abu Fadhl. Demi Allah, Ia adlah seorang yang berasal dari ushul yang sama dengan rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam (Saudara kandung Abdullah ayah Nabi Shallallahu Alaihi Wa Sallam), penyejuk mata shafiyullah (Nabi Shallallahu Alaihi Wa Sallam), pelindung seluruh kaum, penghulu semua paman Nabi Shallallahu Alaihi Wa Sallam, seorang yang berpandangan luas dalam semua urusan dan mempertimbangkan semua akibat. Ia telah dihiasi dengan ilmu, tiada tandingan untuknya dari segi kelebihan-kelebihan yang dimilikinya, tiada keturunan yang dapat menandingi kemuliaan keturunannya apabila ia disebu-sebut. Bagaimana tidak? ia telah dididik semulia-mulia orang quraisy di dalam siyasah yaitu Abdul Muthalib dan orang yang dibangga-banggakan dikalangan mereka apabila berjalan atau menaiki kendaraan."

Al Haitsami berkata (9/160): Ath Thabarani telah meriwayatkannya, dan ia berkata, "Di dalam sanadnya ada orang yang tidak aku ketahui."





Baca Lagi..

THALHAH DAN ZUBAIR Radhiallahu Anhuma

Mu'awiyah berkata, "Bagaimana pendapatmu mengenai Thalhah dan Zubair Radhiallahu Anhuma?"

Ibnu Abbas menjawab, "Rahmat Allah keatas keduanya. Demi Allah keduanya adalah orang yang selalu menjaga diri dari perbuatan-perbuatan dosa, orang yang baik dan bijaksana, keduanya muslim, mereka orang yang bersih dan selalu membersihkan diri (dari perbuatan keji) dan mereka termasuk kedalam golongan ulama dan syuhada. Namun mereka pernah khilaf dalam membuat suatu keputusan lalu tegelincir, namun Allah mengampuni keduanya insya Allah, berkat pertolongan yang telah mereka berikan kepada nabi Shallallahu Alaihi Wa Sallam, persahabatannya dengan Rasulullah dan segala amalan shalih yang telah mereka lakukan."





Baca Lagi..

Minggu, 20 April 2014

ALI bin ABI THALIB Radhiallahu Anhu

Mu'awiyah bertanya, "Bagaimana pendapatmu mengenai Ali bin Abi Thalib Radhiallahu Anhu?"

Ibnu Abbas menjawab, "Semoga Allah merahmati Abu al Hasan. Demi Allah sesungguhnya ia adalah bendera dan tanda hidayah, tempat berlindung ketakwaan, tempat akal, gunung kebajikan, cahaya yang menerangi menerangi kegelapan malam, seorang da'i yang menyeru kepada jalan lurus yang mulia, mengetahui kitab-kitab samawi yang terdahulu, selalu memberikan penjelasan dan nasehat, selalu menghubungkan diri dengan sebab-sebab hidayah, meninggalkan segala kejahatan dan kecelakaan, senantiasa berpaling dari jalan kebinasaan. Ia adalah sebaik-baik orang yang beriman dan bertakwa, penghulu dari orang yang berpakaian, ia adalah seutama-utama orang yang berhaji dan ber sa'i, ia adalah paling toleran dan adil, seorang ahli khutbah yang terbaik di dunia setelah para nabi dan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam."

"Ia sempat mengerjakan shalat kedua arah kiblat. Adakah ahli tauhid yang dapat menyamainya? ia adalah suami dari wanita yang terbaik (Fatimah az Zahra) dan ayah dari dua cucu Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam (Hasan dan Husain). Aku tidak pernah melihat orang sepertinya dan engkau juga tidak akan melihat orang seperti itu hingga hari kiamat. Oleh karena itu, barangsiapa melaknatnya, semoga dia mendapat laknat dari Allah dan seluruh hambanya hingga hari kiamat."






Baca Lagi..

UTSMAN bin AFFAN Radhiallahu Anhu

Mu'awiyah Radhiallahu anhu berkata, "Bagaimana pendapatmu (Ibnu Abbas) mengenai Utsman bin Affan Radhiallahu Anhu?"

Katanya, Semoga Allah merahmati Abu Amr. Demi Allah, Ia berasal dari keturunan yang mulia dan seorang yang selalu mengerjakan kebaikan dan orang yang paling sabar di medan peperangan, ia selalu bangun pada waktu sahur dan banyak menangis ketika mengingat Allah, senantiasa berfikir mengenai perkara-perkara yang bermanfaat bagi dirinya siang dan malam, selalu bergegas kepada semua perbuatan mulia, senantiasa berusaha menyelamatkan dirinya dari setiap perkara yang menghancurkan dan berusaha keatas hal-hal yang memberikan manfaat kepada dirinya. Ia adalah pemilik telaga dan tentara."1

1 Utsman bin Affan Radhiallahu Anhu telah memberikan perbekalan kepada tentara yang akan berangkat dalam perang tabuk dan mengorbankan banyak hartanya. Utsman Radhiallahu Anhu telah membeli sebuah sumur dari seorang yahudi yang disebut Ruumah. Sumur itu telah diserahkan kepada kaum muslimin untuk memenuhi kebutuhan mereka. 

"Dia pernah menikahi kedua putri al Mushthafa (Nabi Shallallahu Alaihi Wa Sallam). Semoga Allah menimpakan penyesalan kepada orang-orang yang mencacinya hingga hari kiamat."

Baca Lagi..

UMAR bin KHATHTHAB al Faruq Radhiallahu Anhu

Mu'awiyah pun berkata, "Bagaimana pendapatmu mengenai Umar bin al Khaththab?"

Ibnu Abbas menjawab, "Semoga Allah merahmati Abu Hafsh (Umar bin al Khaththab). Demi Allah, ia adalah pembela agama islam, tempat anak-anak yatim mengadu, tempat keimanan, tempat berlindung orang-orang lemah, markas orang-orang muslim, benteng bagi setiap makhluk, dan tempat meminta pertolongan. Ia selalu sabar dalam menegakkan hak-hak Allah dan mengharapkan ganjarannya, sehingga Allah menangkan agama-Nya, membuka banyak negara, nama Allah disebut disetiap pelosok wilayah, di sumber-sumber mata air, di bukit-bukit, di daerah pinggiran kota maupun di lembah-lembah dan tanah-tanah dataran, senantiasa bersikap bijak ketika perkataan yang keji dilontarkan kepadanya, senantiasa bersyukur kepada Allah baik dalam keadaan senang maupun susah, senantiasa mengingat Allah dalam setiap waktu dan keadaan. Semoga Allah menimpakan laknat kepada siapa saja yang membencinya hingga hari penyesalan (kiamat)."





Baca Lagi..

ABU BAKAR ash Shiddiq Radhiallahu Anhu

Diriwayatkan dari Thabarani dari Rib'i bin Hirasi: Abdullah bin Abbas minta izin untuk masuk ke majelis Mu'awiyah Radhiallahu Anhu untuk menemuinya sedangkan ketika itu terdapat beberapa tokoh suku Quraisy disampingnya, dan Sa'id bin Ash duduk disebelah kanannya. Ketika melihat Ibnu Abbas berjalan menuju ke arahnya, Mu'awiyah berkata, "Hai Sa'id, demi Allah, aku akan bertanya kepada ibnu Abbas mengenai sebuah masalah yang ia tidak mengetahui jawabannya."

Maka Sa'id pun berkata kepadanya, "Orang seperti Ibnu Abbas bukanlah orang yang tidak mengetahui jawaban atas pertanyaanmu."

Setelah Ibnu Abbas duduk, ia bertanya kepada Ibnu Abbas, "Bagaimana pendapatmu mengenai Abu Bakar Radhiallahu Anhu?"

Jawab Ibnu Abbas, "Semoga Allah merahmati Abu Bakar. Demi Allah dia adalah seseorang yang suka membaca al Qur'an, sangat takut kepada Allah, jauh dari sikap berat sebelah, tidak pernah melakukan kekejian, senantiasa melarang perbuatan munkar, sangat memahami agamanya, selalu beribadah pada malam hari, shaum pada siang hari, menjauhkan diri dari keduniaan, sangat teguh dalam menegakkan keadilan untuk manusia, selalu mengajak kepada yang ma'ruf serta melakukannya, senantiasa bersyukur dalam berbagai keadaan, selalu mengingat Allah pada waktu pagi dan petang, selalu memaksa dirinya untuk melakukan kebaikan. ia mengungguli sahabat-sahabatnya dengan sifat wara', berpuas hati apa adanya (terhadap dunianya), zuhud, menjaga diri dari kemaksiatan, melakukan kebajikan dan berjaga-jaga (terhadap perbuatan yang dapat melanggar agamanya). Maka semoga Allah menimpakan laknatnya hingga hari kiamat kepada orang-orang yang mencacinya."





Baca Lagi..

Jumat, 18 April 2014

ABU UBAIDAH bin al Jarrah

Diriwayatkan oleh al Hakim di dalam al Mustadrak (3/264) dari abu Said al Maqburi, katanya : ketika Abu 'Ubaidah terserang penyakit Tha'un, beliau berkata, "Hai Mu'adz, jadilah imam shalat untuk orang banyak."

Mu'adz bin Jabal pun mengerjakannya. ketika Abu Ubaidah bi al Jarrah meninggal dunia, Mu'adz berkhutbah kepada orang banyak dengan berkata, "Wahai manusia, Bertaubatlah kalian kepada Allah dari dosa-dosa kalian dengan sebenar-benar taubat karena sesungguhnya tiada seorang hambapun yang bertemu Allah dalam keadaan bertobat dari dosa-dosanya, melainkan wajib bagi Allah untuk mengampuni dosanya."

kemudian ia berkata-kata lagi, "sesungguhnya kamu wahai manusia, telah kehilangan seorang lelaki yang - demi Allah - aku menyangka tidak pernah melihat seorang hamba Allah yang lebih sedikit dendamnya, yang lebih bersih hatinya, yang paling jauh dari perbuatan merusak,yang lebih sangat cintanya terhadap kehidupan akhirat,dan yang lebih banyak memberi nasihat kepada manusia dari pada Abu 'Ubaidah ini. 11 maka mohonkanlah rahmat untuknya kemudian keluarlah kalian kelapangan untuk menshalatkannya. Demi Allah, tidak akan datang kepada kalian seseorang seperti dia selama-lamanya."

11. Abu Ubaidah adalah seseorang yang tidak pernah menyusahkan orang-orang yang berada di bawah kepemimpinannya, bahkan ia adalah orang yang taqwa dan rendah hati.

Maka manusia pun berkumpul dan jenazah Abu 'Ubaidah diangkat keluar untuk dishalatkan. Mu'adz tampil kedepan untuk menyalatkan jenazahnya. Ketika mereka memasuki pemakaman, Mu'adz bin Jabal, Amr bin al Ash dan Dhahak bin Qais masuk keliang lahat dan meletakkan jenazahnya. Kemudian Mu'adz bin Jabal berkata, "Hai Abu 'Ubaidah, sesungguhnya aku akan memujimu dan aku tidak akan berkata dengan perkataan dusta mengenai dirimu karena aku takut murka Allah akan menimpaku. Engkau, demi Allah, sejauh yang aku ketahui, adalah dari kalangan orang-orang yang senantiasa mengingat Allah banyak-banyak, dan dari kalangan mereka yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila mereka dicela oleh orang jahil, mereka akan mengucapkan selamat. (Engkau juga) dari kalangan mereka yang apabila membelanjakan hartanya tidaklah berlebihan dan tidak juga kikir, tetapi pertengahan diantara keduanya. Demi Allah engkau termasuk orang yang khusyu dan taat, yang selalu bertawadhu', yaitu orang-orang yang selalu mencintai anak-anak yatim dan orang-orang miskin dan sangat benci kepada penghianat-penghianat yang menyombongkan diri."

Baca Lagi..

Kamis, 17 April 2014

Atsar Mengenai Sahabat-sahabat Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam

Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dan Ibnu Abu Hatim dari as Suddi, Mengenai firman Allah Subhana Wa Ta'ala :

كُنْتُمْ خَيْرَاُمَّةٍاُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ
"Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia"  

As Suddi berkata Umar bin Al Khaththab Radhiallahu Anhu berkata, "Sekiranya Allah Subhana Wa Ta'ala menghendaki, Dia akan berfirman dengan menggunakan lafaz Antum yang maksudnya "kamu semuanya". Akan tetapi Allah Subhana Wa Ta'ala berfirman Kuntum, yaitu khusus untuk sahabat-sahabat Muhammad Shallallahu Alaihi Wa Sallam dan siapa saja yang meniru perbuatan mereka. Dengan demikian merekalah sebaik-baiknya ummat yang dikeluarkan untuk manusia.

Dalam riwayat Ibnu Jarir dari Qatadah Radhiallahu Anhu berkata, "kami diberitahu bahwa Umar Bin Al Khaththab Radhiallahu Anhu telah membaca ayat ini (Qs. Ali Imran :110 di atas) kemudian ia berkata, "Wahai Manusia! barangsiapa yang gembira bila termasuk kedalam ayat itu, hendaknya dia menunaikan syarat-syarat yang telah ditetapkan Allah untuknya." (Kanz Al Ummal: 1/238).

Diriwayatkan oleh Abu Nu'aim dalam kitab al Hilyah (1/375)dari Ibnu Mas'ud Radhiallahu Anhu yang berkata, "sesungguhnya Allah melihat kedalam qalbu para hambanya, maka Diapun memilih Muhammad dan mengutus beliau dengan risalah-Nya dan memilihnya berdasarkan ilmu-Nya. Kemudian Dia melihat kedalam Qalbu manusia setelah itu, maka Dia memilih untuknya sahabat-sahabatnya, kemudian menjadikan mereka penolong agama-Nya dan pembantu rasul-Nya. Maka sesuatu yang dilihat orang-orang beriman sebagai kebaikan. Sebaliknya sesuatu yang dilihat orang-orang beriman sebagai suatu keburukan, maka itupun buruk disisi Allah Subhana Wa Ta'ala." Hadits ini diriwayatkan oleh Ibnu Abu Darr dalam kitab al Isti'ab (1/6) dari Ibnu Mas'ud Radhiallahu Anhu dengan makna yang sama tanpa menyebutkan kalimat: "Apa yang dilihat orang-orang beriman.... sampai pada akhirnya". Hadits ini juga diriwayatkan oleh Ath Thayalisi (hal.33) seperti hadits abu Nu'aim.

Diriwayatkan oleh Abu Nu'aim dari Abdullah Bin Umar Radhiallahu Anhuma, katanya, "Barang siapa yang ingin mengikuti suatu sunnah, maka ikutilah sunnah mereka yang telah wafat, mereka itulah sahabat-sahabat Muhammad Shallallahu Alaihi Wa Sallam karena mereka adalah golongan manusia yang terbaik dalam umat ini, paling baik qalbunya, paling dalam ilmunya, dan paling sedikit kepura-puraannya. Mereka adalah kaum yang telah dipilih oleh Allah Subhana Wa Ta'ala untuk mendampingi nabi-Nya dan menyebarkan agam-Nya. Maka contohlah akhlak dan perbuatan mereka. Mereka adalah sahabat-sahabat Muhammad Shallallahu Alaihi Wa Sallam mereka diatas petunjuk yang lurus, demi Allah Tuhan Ka'bah." Demikian tercantum dalam kitab al Hilyah (1/305).

Baca Lagi..

Minggu, 13 April 2014

Hadits-Hadits Mengenai Sifat Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam

Diriwayatkan oleh Ya'kub bin Sufyan al Fasawi al Hafizh dari al Hasan bin Ali Radhiallahu Anhuma, katanya: Aku pernah bertanya kepada pamanku yang bernama Hindun bin Abu Halah yang sangat pandai dalam menceritakan ciri-ciri Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam dan aku sangat menginginkan agar ia menceritakannya kepadaku supaya aku dapat mengingatnya.

Ia berkata, Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam adalah seorang yang agung dan diagungkan, wajahnya bercahaya seperti cahaya bulan purnama. Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam lebih tinggi dari orang yang berbadan sedang dan lebih rendah dari orang yang berbadan tinggi (maksudnya bertubuh sedang). Dadanya bidang, bentuk kepalanya agak besar  rambutnya ikal dan ditata rapi dibelah dua ditengah apabila disisir, apabila beliau membiarkan rambutnya terurai, panjang rambutnya melebihi kuping telinganya.

"Kulitnya cerah, putih kemerah-merahan, dahinya lebar, kedua alisnya panjang melengkung, sungguh bagus tapi tidak bersambung. Diantara keduanya terdapat urat yang bisa terlihat bila beliau sedang marah. Hidungnya panjang, membungkuk ditengahnya,kecil ujungnya dan ujungnya bersinar-sinar, sehingga orang yang tidak begitu memperhatikan menganggap hidung beliau itu mancung."

"Janggut beliau sangat tebal. Bola matanya sangat hitam. Kedua belah pipinya halus rata. Mulutnya sederhana dan lebar, giginya putih berkilat, tajam dan jarang. Di dadanya tumbuh bulu yang halus dan lembut. Lehernya jenjang putih melepak, bagaikan warna putih perak. bentuk anggota tubuhnya proporsional, tubuhnya besar, anggota-anggota tubuhnya saling menopang satu sama lain. perut dan dadanya sama rata (tidak buncit sedikit pun). Dadanya bidang, jarak antara kedua bahunya lebar."

" Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam memiliki ujung tulang yang besar. Bagian tubuhnya yang tidak berbulu nampak berkilauan. Bagian bawah leher dan pusarnya tersambung oleh jalinan bulu halus bagaikan sebuah garis. kedua tetek dan perutnya tidak ditumbuhi bulu. Di kedua belah siku, bahu dan dadanya terdapat bulu yang lebat. Kedua lengannya panjang dan telapak tangannya lebar. Jari-jari serta telapak kedua tangan dan kakinya tebal berdaging. jari jemarinya panjang. kedua belah sikunya kasar. Telapak kakinya berlekuk. Kedua belah tumitnya halus dan licin sehingga air selalu tergelincir jatuh darinya."

"Apabila berjalan beliau mengangkat kakinya tinggi-tinggi dari tanah dengan tegap dan kuat, langkah kakinya berayun-ayun dan berjalan dengan lembut tetapi cepat. Apabila beliau berjalan, nampak seperti berjalan di tempat yang menurun. Apabila menoleh, beliau akan memutarkan seluruh tubuhnya. Senantiasa tunduk dan merendahkan pandangannya. Pandangannya lebih sering kebawah (tunduk) daripada menengadah. Apabila memandang beliau hampir selalu dengan melirik. selalu berjalan dibelakang para sahabatnya, jika mereka berjalan bersama-sama. Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam selalu mendahului memberi salam apabila berjumpa dengan orang di jalan."

Baca Lagi..

Sabtu, 05 April 2014

Pernyataan mengenai Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam dan para sahabat dalam berbagai kitab

Ahmad meriwayatkan dari Atha' bin Yasar, katanya: aku berjumpa dengan 'Abdullah bin 'Amr bin al Ash Radhiallahu Anhum dan berkata kepadanya, "beritahukan kepadaku mengenai sifat-sifat Rasulullah yang tersebut dalam Taurat."

Jawabnya, "Baiklah, demi Allah! baginda disifatkan dalam Taurat seperti yang dinyatakan di dalam al Qur'an, yaitu 'wahai Nabi sesungguhnya kami mengutusmu sebagai saksi, pemberi berita gembira, pembawa berita ancaman dan sebagai pelindung bagi orang-orang yang ummi. Engkau adalah hamba dan pesuruh-Ku, aku menamakanmu sebagai mutawakkil (orang yang bertawakal), engkau bukan seorang yang buruk akhlak lagi keras hati dan bukan seorang yang berteriak di pasar. Tidak juga membalas kejahatan dengan kejahatan, bahkan selalu memaafkan dan mengampuni.' Allah tidak akan mengambil nyawanya selagi mereka belum menegakkan agama yang bengkok dengan kalimat "Laa ilaaha ilallaah". Dengannya ia akan membuka mata yang buta, telinga yang tuli dan qalbu-qalbu yang tertutup."

Al Bukhori meriwayatkan hadis seperti itu dari Abdullah, sedang al Baihaqi dari Ibnu Salam, dan dalam satu riwayat : "Sampai Dia meluruskan agama yang bengkok dengannya." Ibnu Ishaq meriwayatkan dari Ka'b bin al Ahbar dengan isi yang sama. Al Baihaqi meriwayatkan hadis tersebut dari Aisyah Radhiallahu Anha secara ringkas.

Baca Lagi..

Jumat, 04 April 2014

3. Ilmu Ma'a Dzikir

Ilmu Ma'a Dzikir

Ilmu dan dzikir adalah satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. Ilmu ibarat jalan dan dzikir adalah cahayanya. Apabila berjalan di dalam kegelapan tanpa bantuan cahaya akan tersesat. Ilmu tanpa dzikir akan sia-sia dan dzikir tanpa ilmu akan tersesat. Ilmu untuk mengetahui perintah Allah Subhanahu Wa Ta'ala dalam setiap suasana dan keadaan, dan dzikir adalah menghadirkan keagungan Allah Subhanahu Wa Ta'ala dalam setiap perintah-Nya. Sebab kadangkala seseorang menjalankan perintah Allah Subhanahu Wa Ta'ala tanpa disertai keagunggannya.

Nama-nama Allah Subhanahu Wa Ta'ala (Asmaul Husna) disebutkan berulang-ulang dalam Al Qur'an lebih dari 2.500 kali, tetapi berapa banyak keagungan dan kebesaran Allah Subhanahu Wa Ta'ala yang hadir dalam hati? apabila kekuatan makhluk berada di dalam hati, akan menimbulkan kesombongan. Jika kekuatan Allah Subhanahu Wa Ta'ala wujud dalam hati, akan menimbulkan sifat tawadhu. Ta'lim untuk menyinari hati dan dzikir untuk mengingat Allah Subhanahu Wa Ta'ala. setiap amal yang disertai dzikir akan meningkatkan kualitas amal ke derajat takwa.

Berdzikir tidak sebatas mengingat, tetapi bagaimana menggunakan seluruh anggota badan (mata, telinga, kaki dan tangan) untuk tunduk dan ikut perintah Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Dzikir kedua mata tidak melihat hal yang haram, jika melihat kebaikan ia sebarkan dan jika melihat keburukan saudaranya ia tutupi. Dzikir lisan adalah bicara yang benar, tidak ghibah dan tidak bicara sia-sia. Dzikir tangan adalah menolong orang lain dan tidak mengambil hak orang lain. Dzikirnya perut tidak diisi dengan makanan yang syubhat apalagi yang haram.

Ilmu ma'a dzikir adalah seluruh wahyu yang diturunkan oleh Allah Subhanahu Wa Ta'ala kepada Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam. Ilmu berbeda dengan pengetahuan, pengetahuan bisa berubah sesuai suasana dan keadaan, tetapi ilmu tidak akan pernah berubah walaupun suasana dan keadaan berubah. pengetahuan adalah seni; seni kedokteran, seni pertanian, seni perdagangan dan sebagaimya.

Ibnu Mas'ud Radhiallahu 'Anhu berkata: 
"kalian berada pada suatu zaman, dimana nafsu tunduk kepada ilmu, dan akan tiba suatu masa nanti ilmu tunduk kepada nafsu, yaitu apa yang sesuai kehendak manusia akan dikatakan sebagai ilmu."
Abdullah bin Umar Radhiallahu 'Anhu berkata, bahwa Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam bersabda: 
"Ilmu ada tiga, selain dari ketiga ilmu itu adalah tambahan, yaitu; ayat-ayat muhkamat (ayat-ayat Al Qur'an yang telah jelas ketetapannya), sunnah yang tegak (hadits Nabi Shallallahu 'alaihi Wa Sallam yang tsabit dengan sanad yang shahih), dan kewajiban yang tegak (hukum-hukum yang berasal dari Al Qur'an dan hadits, berupa ijtihad, Ijma atau qiyas)." (Hr. Abu Dawud, Ibnu Majah dan Hakim ~ Kanzul Ummal)
Ilmu yang sebenarnya adalah ilmu untuk mengenal Allah Subhanahu Wa Ta'ala dan bagaimana berhubungan dengan Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Ilmu yang bukan untuk mengenal dan mengamalkan perintah Allah Subhanahu Wa Ta'ala adalah kejahilan yang mengajak kepada kesesatan.

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda;
"Pada hari kiamat akan ada yang berseru, 'dimanakah orang-orang yang berakal?' lalu ada yang bertanya, 'orang-orang yang berakal manakah yang kau kehendaki?' Ia berkata, 'yaitu orang-orang yang selalu berdzikir kepada Allah dalam keadaan berdiri, duduk dan berbaring. Dan memikirkan penciptaan langit dan bumi, seraya berkata, "wahai Rabb kami, Engkau tidak ciptakan ini semuanya dengan sia-sia. Maha suci engkau, maka lindungilah kami dari adzab api neraka." (Hr. al Ashbahani ~ at Targghib)
Orang yang pandai adalah orang yang mampu mengendalikan seluruh panca inderanya untuk menaati Allah Subhanahu wa ta'ala. Keraguan adalam amal agama menandakan iman kita tidak betul, dan dalam keaadaan demikian kebaikan tidak akan terwujud.
"Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya, sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan dimintai pertanggungan jawabnya." (Qs. al Isra' : 36)
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Ilmu itu ada dua jenis: (1) ilmu yang keluar dari dalam hati dan memberikan manfaat, (2) ilmu yang hanya ada dalam ucapan, dan ini akan dituntut Allah." (Hr. Tirmidzi)
Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman:
"Mengapa kamu menyuruh orang lain berbuat baik, sedangkan kamu melupakan (kewajiban) dirimu sendiri, padahal kamu membaca kitab. Apakah kamu tidak berfikir." (Qs. al Baqarah: 44)
Maksud dan tujuan ilmu ma'a dzikir adalah untuk mengetahui, memahami dan mengamalkan seluruh perintah Allah Subhanahu wa ta'ala dalam setiap saat dan keadaan selama 24 jam setiap hari. Apa perintah Allah Subhanahu wa ta'ala pada mulut, mata, telinga, hati, dan pikiran kita? dan perintah dalam perdagangan, pertanian, perusahaan atau kantor kita? dan perintah ketika kaya, sehat atau sakit? sebab orang alim adalah orang yang mengetahui dan mengamalkan perintah Allah Subhanahu wa ta'ala dalam setiap saat dan keadaan.

Ilmu berfungsi untuk mengetahui kekurangan diri sendiri, bukan mencari-cari kekurangan orang lain,
"Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain daripada Allah. Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui." (Qs. Ali 'Imran: 135)
Manfaat ilmu yang paling utama adalah untuk menimbulkan kemampuan melihat kebaikan orang lain. Apabila seseorang mengukur orang lain dengan ilmunya, berarti dia masih memilki sifat sombong dan ilmu yang telah diperolehnya akan sia-sia. Niatkan menuntut ilmu untuk memperbaiki amal diri sendiri, bukan untuk memperbaiki amal orang lain. Dakwahkan pentingnya ilmu sehingga orang lain akan ikut memperbaiki amal-amalnya.

Diriwayatkan dari Jabir Radhiallahu 'anhu, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Janganlah kamu belajar ilmu untuk membanggakan diri pada ulama, dan untuk berdebat dengan orang-orang bodoh dan jangan untuk memimpin majelis-majelis. Barang siapa yang berbuat demikian, maka Ia akan masuk neraka." (HR. Ibnu Majah, Ibnu Hibban dan Baihaqi)
Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiallahu 'anhu, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Barang siapa yang mempelajari ilmu yang seharusnya dilakukan untuk memperoleh keridhaan Allah Ta'ala, tetapi ia mempelajarinya hanya untuk memperoleh harta benda dunia, maka ia tidak akan mencium wangi jannah pada hari kiamat." (Hr. Abu Dawud, Ibnu Majah, Ibnu Hibban dan Hakim)
 Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Banyak orang yang memiliki pengetahuan agama, namun mereka tidak paham (tidak diberi kepahaman pada agama). Barangsiapa yang ilmunya tidak memberi manfaat kepada dirinya, maka kebodohan akan membahayakannya." (Hr. Thabrani)
Ali Radhiallahu 'anhu berkata:
"Dua orang yang membuat punggungku patah; orang berilmu yang bermaksiat dan orang bodoh yang banyak beribadah. Orang bodoh ini menipu orang dengan banyak ibadahnya sedangkan orang yang berilmu itu memperdaya mereka dengan maksiatnya."
Ilmu para sahabat Radhiallahu 'anhum telah mencapai derajat taqwa, taqwa adalah sumber ilmu.
"Dan bertaqwalah kepada Allah, Allah mengajarmu dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu." (Qs. al Baqarah: 282)
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam mengajarkan dzikir kepada para sahabat dalam setiap suasana dan keadaan. Bila ada masalah diselesaikan dengan dzikir, sehingga sahabat radhiallahu 'anhu tidak marah kepada orang-orang mencela mereka dan tidak merasa senang bila dipuji. 

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Barangsiapa menuntut ilmu Allah akan memudahkan jalan baginya menuju jannah." (Hr. Muslim)
"Barangsiapa keluar untuk menuntut ilmu, maka ia berada dijalan Allah sampai ia kembali." (Hr. Tirmidzi) 
"Barangsiapa menghendaki kesejahteraan di dunia, maka ia harus berilmu, barangsiapa menghendaki kesejahteraan di akhirat, maka ia harus berilmu, dan siapa yang menghendaki keduanya, maka ia harus berilmu." (Hr. Thabrani)
Seorang berilmu pasti akan mengajak Kita berpindah dari 5 hal ke 5 hal (pesan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam ) :

  1. Dari keraguan kepada keyakinan
  2. dari riya kepada keikhlasan
  3. dari menuruti hawa nafsu kepada kezuhudan
  4. dari keangkuhan kepada tawadhu
  5. dan dari permusuhan kepada ketulusan persahabatan

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Duduklah kalian dengan orang-orang besar (mulia), bertanyalah kepada ulama, dan bergaullah dengan para hukama (orang-orang bijaksana)." (Hr. Thabrani)
Ali Karramallahu wajhah berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :
"Ilmu merupakaan perbendaharaan kuncinya adalah bertanya, karena itu bertanyalah kalian, semoga Allah melimpahkan rahmat kepada kalian. berkenaan dengan hal ini, ada empat orang yang diberi pahala, yaitu:
orang yang bertanya
orang yang mengajarkan ilmu
orang yang mendengarkan ilmu
dan orang yang mencintai ketiga-tiganya."
(Hr. Abu Nua'im)
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Banyak yang ahli fiqh tetapi tidak mengerti fiqh. barangsiapa yang ilmunya tidak bermanfaat untuk dirinya, niscaya kebodohannya akan membahayakan dirinya. Bacalah al Qur'an selagi ia mencegah dirimu, jika Ia tidak mencegah dirimu (dari segala hal yang diharamkan oleh Allah Subhanahu wa ta'ala) berarti engkau tidak membacanya." (Hr. Thabrani)



(* Kuntum khaira ummatin ukhrijat linnasi 
ta`muruna bil ma`rufi 
wa tanhauna `anil munkari 
wa tu`minuna billah.
Allahummaghfirli...

Baca Lagi..

2. Shalat Khusyu’ Wal Kudhu’

Shalat Khusyu’ Wal Kudhu’


Shalat adalah hubungan langsung antara seorang hamba dengan Khaliqnya. Khusyu adalah kosentrasi pikiran, hatin dan perasaan serta seluruh anggota badan tawajjuh kepada Allah Subhana Wa ta’ala. Dan Kudhu adalah merendahkan diri sebagai tanda kepatuhan, tunduk terhadap keagungan Allah Subhana Wa Ta’ala.

Timbulnya perasaan diawasi oleh Allah Subhana Wa Ta’ala, merasakan keagungan-Nya, mensyukuri belas kasih-Nya, merenungi makna Al Qur’an yang sedang dibaca dan didengarkan, memahami dzikir-dzikir yang diucapkan termasuk tasbih, tahmid dan takbir. Seolah-olah sedang berhdapan langsung dengan Allah Subhana Wa Ta’ala untuk melaporkan semua amalan yang telah dan sedang dikerjakan serta menyampaikan harapan-harapan kepada-Nya atas ibadah yang dilakukan.

Khusyu ibarat antena pada pesawat televisi. Jika antenanya rusak, maka gambar dan suaranya tidak jelas. Demikian pula denga shalat yang tidak khusyu maka arah dan tujuannya tidak jelas.

فَوَ يْلٌ لِّلْمُصَلِّيْنَ ٥ الَّذِيْنَ هُمْ عَنْ صَلَو تِحِمْ سَا هُوْنَ ٥ الَّذِيْنَ هُمْ يُرَآءُ وْنَ ٥
Fawailul lilmusholliin 0 alladziyna hum ang sholaatihim saa huwn 0 alladziyna hum yuraaa uwn
“Maka celakalah orang-orang yang shalat 0 yaitu orang-orang yang lalai dari shalatnya, yang shalatnya tidak berpengaruh baginya 0 Orang yang riya (tidak ikhlas amal ibadahnya)“ (Qs. Al Ma’un : 4-6)

Shalat kudhu shalat dengan tenang serta tidak melakukan gerakan lain selain yang diperintahkan dalam rukun dan tertib yang dicontohkan oleh Nabi Shallallahu Alaihi Wa Sallam, pada awal waktu di masjid bagi laki-laki dan dengan berjamaah.

Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam bersabda,

لَا صَلَا ةِ لِجَارِالْمَسْجِـدِاِلَّا فِى الْمَسْجِـدِ
Laa sholaati lijaril masjidi illaa fil masjid
“Tidak ada sholat bagi orang yang bertetangga dengan masjid kecuali shalat di masjid“ (Hr. Duruqhutni)

Baca Lagi..

1. Yakin Kepada Kalimat Thayyibah “laa Ilaaha Illallah Muhammadur Rasulullah”


Yakin Kepada Kalimat Thayyibah “laa Ilaaha Illallah Muhammadur Rasulullah”

Menafikkan seluruh kekuatan makhluk, bahwa makhluk tidak memberi manfaat dan mudharat tanpa izin Allah Subhana Wa Ta’ala. Menetapkan dan meyakini bahwa hanya Allah Subhana Wa Ta’ala yang mengurus dan mengatur semua makhluk dan segala sifat-sifatnya (rububiyyah).

Seluruh suasana dan keadaan yang telah terjadi, sedang dan akan terjadi semuanya dari Allah Subhana Wa Ta’ala. Beriman pada hari pembalasan, bahwa perjalanan ini sedang menuju akhirat, sejak lahir di dunia kita sedang berjalam ke akhirat. Orang yang paham dengan kehidupan ini, ia tidak tertarik lagi dengan dunia ini, sebab ia yakin bahwa semua yang Allah Subhana Wa Ta’ala Berikan akan dihisab. Hal itu mendorong seseorang untuk menaati seluruh perintah dengan membuktikan keimanannya dengan beramal shalih. Sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam dan menjauhi larangan-Nya tanpa terkesan oleh suasana dan keadaan. Hanya kepada Allahlah kita meminta dan memohon perlindungan, seandainya Dia tidak menjanjikan jannah atau neraka sekalipun, kita tetap menyembahnya, bahwa tiada yang patut diibadahi kecuali Allah Subhana Wa Ta’ala (uluhiyyah).

Allah Subhana Wa Ta’ala adalah al Khaliq, yang menciptakan alam semesta beserta seluruh isinya. Allah al malik, yang menguasai seluruh makhluk-Nya. Allah ar Raziq, yang memelihara dan memenuhi seluruh kebutuhan makhluknya. Allah Subhana Wa Ta’ala memiliki Khazanah (gudang kekayaan) yang tidak terbatas. Seseorang tidak akan dimatikan oleh Allah Subhana Wa Ta’ala sebelum rezekinya yang telah ditentukan oleh Allah Subhana Wa Ta’ala untuknya di dunia telah habis (Asma Wa As Shifat).

Allah Subhana Wa Ta’ala yang menciptakan dan menguasai sifat-sifat pada makhluk baik yang bernyawa maupun yang tidak bernyawa.untuk dapat memperlihatkan sifa-sifatnya, makhluk butuh perintah Allah Subhana Wa ta’ala bahkan untuk matipun butuh perintah Allah. 

Baca Lagi..