Minggu, 13 April 2014

Hadits-Hadits Mengenai Sifat Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam

Diriwayatkan oleh Ya'kub bin Sufyan al Fasawi al Hafizh dari al Hasan bin Ali Radhiallahu Anhuma, katanya: Aku pernah bertanya kepada pamanku yang bernama Hindun bin Abu Halah yang sangat pandai dalam menceritakan ciri-ciri Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam dan aku sangat menginginkan agar ia menceritakannya kepadaku supaya aku dapat mengingatnya.

Ia berkata, Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam adalah seorang yang agung dan diagungkan, wajahnya bercahaya seperti cahaya bulan purnama. Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam lebih tinggi dari orang yang berbadan sedang dan lebih rendah dari orang yang berbadan tinggi (maksudnya bertubuh sedang). Dadanya bidang, bentuk kepalanya agak besar  rambutnya ikal dan ditata rapi dibelah dua ditengah apabila disisir, apabila beliau membiarkan rambutnya terurai, panjang rambutnya melebihi kuping telinganya.

"Kulitnya cerah, putih kemerah-merahan, dahinya lebar, kedua alisnya panjang melengkung, sungguh bagus tapi tidak bersambung. Diantara keduanya terdapat urat yang bisa terlihat bila beliau sedang marah. Hidungnya panjang, membungkuk ditengahnya,kecil ujungnya dan ujungnya bersinar-sinar, sehingga orang yang tidak begitu memperhatikan menganggap hidung beliau itu mancung."

"Janggut beliau sangat tebal. Bola matanya sangat hitam. Kedua belah pipinya halus rata. Mulutnya sederhana dan lebar, giginya putih berkilat, tajam dan jarang. Di dadanya tumbuh bulu yang halus dan lembut. Lehernya jenjang putih melepak, bagaikan warna putih perak. bentuk anggota tubuhnya proporsional, tubuhnya besar, anggota-anggota tubuhnya saling menopang satu sama lain. perut dan dadanya sama rata (tidak buncit sedikit pun). Dadanya bidang, jarak antara kedua bahunya lebar."

" Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam memiliki ujung tulang yang besar. Bagian tubuhnya yang tidak berbulu nampak berkilauan. Bagian bawah leher dan pusarnya tersambung oleh jalinan bulu halus bagaikan sebuah garis. kedua tetek dan perutnya tidak ditumbuhi bulu. Di kedua belah siku, bahu dan dadanya terdapat bulu yang lebat. Kedua lengannya panjang dan telapak tangannya lebar. Jari-jari serta telapak kedua tangan dan kakinya tebal berdaging. jari jemarinya panjang. kedua belah sikunya kasar. Telapak kakinya berlekuk. Kedua belah tumitnya halus dan licin sehingga air selalu tergelincir jatuh darinya."

"Apabila berjalan beliau mengangkat kakinya tinggi-tinggi dari tanah dengan tegap dan kuat, langkah kakinya berayun-ayun dan berjalan dengan lembut tetapi cepat. Apabila beliau berjalan, nampak seperti berjalan di tempat yang menurun. Apabila menoleh, beliau akan memutarkan seluruh tubuhnya. Senantiasa tunduk dan merendahkan pandangannya. Pandangannya lebih sering kebawah (tunduk) daripada menengadah. Apabila memandang beliau hampir selalu dengan melirik. selalu berjalan dibelakang para sahabatnya, jika mereka berjalan bersama-sama. Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam selalu mendahului memberi salam apabila berjumpa dengan orang di jalan."


Aku berkata, "beritahukan kepadaku kebiasaan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam"

Ia berkata, "Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam selalu dalam keadaan sedih yang berkepanjangan, selalu berfikir dan tidak pernah beristirahat. Tidak berkata-kata kecuali seperlunya, beliau lebih sering diam. Beliau memulai dan mengnyudahi pembicaraan dengan sepenuh mulut, dan tidak bicara dengan bibir saja. Seperti orang yang sombong. Perkataannya singkat tetapi mempunyai makna dan hikmah yang dalam. Perkataannya jelas tidak berlebihan atau kekurangan, budi bahasanya lembut bukan orang yang kasar tabiat dan akhlaknya, juga bukan orang yang suka menghina para sahabatnya, senantiasa mengagungkan nikmat Allah Subhana Wa Ta'ala walaupun sedikit. Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa sallam tidak tidak mencela apapun darinya dan tidak memujinya dengan berlebihan. Tidak ada seorangpun yang bisa melawan kemarahannya - jika kebenaran didustakan - sehingga beliau memberikan hukuman demi kebenaran itu."

Dalam riwayat lain dikatakan, "Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam tidak marah disebabkan urusan duniawi, tetapi apabila kebenaran didustakan; Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam akan sangat marah tanpa memandang siapapun. Tidak ada seorangpun yang dapat menghalangi kemarahannya, sehingga beliau memberikan hukuman demi kebernaran itu."

"Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam tidak marah berkaitan dengan kepentingannya sendiri, dan tidak pernah memberikan hukuman karena dirinya sendiri."

"Apabila beliau menunjuk atau memberi isyarat ke arah sesuatu, beliau akan menunjuknya dengan seluruh telapak tangannya. Apabila beliau merasa takjub, beliau akan membalikan telapak tangannya."

"Apabila Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam sedang bicara, beliau selalu memukul-mukul telapak tangan kanannya pada bagian dalam ibu jari tangan kirinya untuk memberikan penekanan. Apabila Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam marah, beliau akan berpaling. Apabila gembira, beliau menundukan pandangannya. Kebanyakan tertawa beliau adalah dengan tersenyum. senyuman Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Salam sangat menawan bagaikan embun yang sejuk."

Al Hasan berkata, "Aku rahasiakan berita ini dari adikku Al Husain bin Ali, dalam waktu yang cukup lama, kemudian aku menceritakannya kepadanya. Namun ternyata adikku lebih dahulu mengetahuinya daripada aku. Disamping itu, Al Husain telah bertanya kepada Hindun Bin Abu Halah mengenai apa yang kutanyakan kepadanya, dan ia juga telah bertanya kepada ayahnya (Ali Radhiallahu Anhu) mengenai kebiasaan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam tentang keadaan beliau di dalam rumah, dan cara-cara yang beliau tempuh di dalam majelis bersama para sahabatnya. Ayahnya telah menceritakan seluruh keterangan perilaku Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam itu kepadanya, tanpa ketinggalan sedikitpun."

Al Husain berkata, "Aku pernah bertanya kepada ayahku mengenai keadaan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam dan ayahku menjawab:

"Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam berada di dalam rumahnya, beliau membagi waktunya dalam 3 bagian. Satu bagian untuk Allah Subhana Wa Ta'ala, satu bagian untuk keluarganya, dan satu bagian lagi untuk dirinya sendiri. Bagian untuk dirinya sendiri dibagi pula untuk menunaikan keperluan dirinya dan menunaikan kepentingan orang lain, tetapi Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam lebih mementingkan orang lain daripada dirinya sendiri. Untuk kepentingan umum beliau tidak mengurangi hak mereka sedikitpun, dan beliau memandang sama baik orang awam maupun orang yang mempunyai kedudukan (dalam  agama). Namun dari segi keprinbadiannya , beliau akan lebih mengutamakan orang dari sudut ketakwaannya atau kelebihannya di bidang agama."

"Diantara orang yang dilayaninya itu, ada yang memiliki satu keperluan, dua keperluan atau lebih. Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam menyibukkan dirinya dengan mengurus kepentingan merekan itu dan memeinta mereka agar berusaha untuk dapat memperbaiki dirinya,dan umat seluruhnya dalam segala hal. Itu disebabkan pertanyaan beliau mengenai kondisi mereka dan pemberiatahuan mereka kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam, mengenai hal-hal yang patut buat mereka. Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam bersabda , 'hendaknya orang yang hadir memberituahu mereka yang tidak hadir, dan sampaikanlah hajat orang yang tidak dapat bertemu denganku, karena sesungguhnya,barangsiapa yang menyampaikan hajat seseorangyang tidak mampu untuk bertemu dengan seseorang pemimpin, maka Allah akan menegakkan kakinya pada hari kiamat.'"

"Tidaklah disebutkan disisinya melainkan hal seperti itu. Dan tidak diterima dari siapapun melainkan darinya saja. para pencari ilmu masuk menemui beliau dan mereka tidak berpisah kecuali setelah mengecap rasa 6 dan dalam satu riwayat: dan mereka tidak saling berpisah kecuali mengecap rasa dan mereka keluar dalam keadaan tunduk - yakni terhadap kebaikan."

6 (rasa): adalah suatu perumpamaan untuk ilmu dan adab yang telah mereka peroleh dari beliau, yang kedudukannya bagi ruh seperti kedudukan makanan bagi badan (In'am).

Kemudian aku tanyakan kepada ayahku mengenai keadaan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam apabila keluar menemui khalayak ramai, maka ayahnya menjawab, "Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam selalu menjaga tutur katanya. Beliau tidak berkata-kata kecuali yang bermanfaat dan apabila perlu. Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa sallam senantiasa menyatupadukan mereka dengan pembicaraan yang lemah lembut dan penuh hikmah. Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam tidak menyebabkan mereka lari darinya. Beliau memulikan orang yang dianggap mulia dalam satu kaum, dan menjadikannya sebagai pimpinan kaumnya. Rasulullah Shallallahu Alaii Wa Sallam sering mengingatkan orang banyak agar tidak saling mengganggu satu sama lain, menjaga diri agar tidak mengganggu manusia atau menakuti mereka, tanpa menghalangi mereka untuk memperoleh kegembiraan wajahnya maupun kebaikan akhlaknya. beliau sering mencari dan menanyakan kabar sahabat-sahabatnya. Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam sering menanyakan keadaan orang banyak mengenai apa yang terjadi di tengah mereka. Beliau menghukumi kebaikan sebagai kebaikan dan mengokohkannya, sertamenghukumi keburukan dengan keburukan serta melemahkannya dengan melarangnya secara keras. selalu adil dalam setiap urusan tanpa menimbulkan perselisihan. Beliau tidak alpa untuk memperingatka mereka disebabkan rasa khawatir para sahabatnya akan lalai dan lebih suka kenyamanan dan santai-santai. Dalam setiap hal, Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam mempunyai cara penyelesaian yang mengarah kepada kebaikan, tidak pernah lemah untuk menegakkan kebenaran, dan tidak pernah melanggarnya. Orang-orang dari kalangan masyarakat umum yang dekat dengannya adalah orang-orang yang terbaik dikalangan mereka. Yang paling mulia dikalangan mereka adalah yang paling sering memberi nasehat. Yang paling mulia kedudukannya dikalangan mereka disisinya adalah mereka yang paling sering memberikan bantuan dan pertolongan."

Akupun bertanya kepadanya mengenai majelis Rasulullah ShallallahuAlaihi Wa Sallam, bagaimanakah keadaanya?

Ia menjawab, "Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam tidak akan duduk dan bangun dalam suatu mejelis, melainkan dengan berdzikir kepada Allah Subhana Wa Ta'ala. Beliau tidak mengkhususkan tempat untuk dirinya, dan melarang orang lain untukberbuat demikian. Apabila beliau sampai di suatu majelis, beliau akan duduk dimana saja beliau berhenti, dan memerintahkan agar berbuat seperti ini. Beliau selalu memberikan teman duduknya apa yang menjadi haknya. Sehingga teman duduknya tidak menyangka ada orang lain yang dimuliakan oleh beliau lebih daripadanya. Siapa saja yang duduk menemui Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam atau berdiri bersamanya karena ada suatu keperluan, maka beliau selalu bersabar sampai orang tersebut yang akan pergi terlebih dahulu. Siapa saja yang meminta suatu keperluan kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam maka beliau tidak menyuruhnyaergi melainkan dengan membawa keperluan yang dia inginkan, atau bila tidak dapat mengabulkannya, beliau menasehati dengan kata-kata yang lembut. Kemurahan dan kebaikan akhlak beliau telah merata diantara manusia sehingga beliau menjadi bapak bagi mereka dan mereka menjadi sama haknya disisi beliau. Majelis Rasulullah adalah majelis yang penuh dengan kelembutan, rasa malu, kesabaran dan amanah. Tidak ada suara yang keras dan lantang di majelis beliau. Hal-hal yang harus dijaga tidak pernah dicela, dan kesalahan-kesalahan orang tidak pernah disebarkan."

"Peserta majelis itu umumnya berlaku adil, saling mencari kelebihan diri dalam ketakwaan. Mereka selalu merendahkan diri dan memuliakan orang yang lebih tuda dan menyayangi yang muda, mendahulukan yang punya kepentingan dan melindungu orang-orang asing."

Aku pun bertanya kepada ayahku mengenai perilaku Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam berada diantara peserta-peserta majelisnya.

Katanya, "Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam selalu berwajah ceria, mudah bergaul, selalu melayani orang-orang yang berada di sekelilingnya dengan ramah tamah, Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam sama sekali bukan orang yang kasar dan berakhlak buruk, bukan orang yang suka menjerit atau berteriak, tidak suka berbuat keji, beliau juga tidak suka mencerca dan merendahkan manusia, tidak bergurau dalam setiap perkara. Apabila beliau tidak menyukai sesuatu, beliau melupakannya, namun tidak membuat putus asa orang yang menyukainya dan tidak pula membuatnya pergi dengan tangan ampa. Sesungguhnya beliau menjauhkan diri dari tiga hal:
- Perdebatan
- Banyak bicara 
- Dan hal-hal yang tidak bermanfaat."

"Terhadap manusia, beliau menghindari tiga hal:
- Beliau tidak menghina seseorang
- Tidak mencari aib-aib dan keburuannya
- Tidak berkata-kata kecuali dalam perkara-perkara yang beliau harapkan pahalanya."

"Apabila Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam berbicara, semua orang yang hadir mendengarkannya dengan penuh perhatian, diam tidak berbicara seakan-akan ada burung bertengger di atas kepalanya. Bila beliau berbicara maka mereka diam, namun bila beliau diam maka mereka berbicara, dan mereka tidak berani bertengkar dihadapan beliau. Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam akan iktu tertawa dengan yang ditertawakan oleh mereka. Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam juga ikut takjub bila merasa takjub terhadap sesuatu. Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam akan bersabar atas sikap kasar orang-orang asing, baik dalam ucapan maupun permintaannya. Bahkan bila sahabatnya sekalipun yang mengundang orang-orang asing tersebut kedalam majelisnya, beliau bersabda, 'Jika kalian melihat orang yang mempunyai keperluan, maka hendaknya kalian membantunya.'"

"Beliau tidak menerima sanjungan melainkan dari orang yang membalasa pujian beliau. Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam tidak pernah memutuskan pembicaraan seseorang kecuali apabila lawan bicaranya menyeleweng, maka beliau akan memotong pembicaraannya dengan melarangnya, atau berdiri meninggalkannya."

(Kata Husain) selanjutnya aku tanyakan kepadanya, bagaimanakah beliau diam?

Dia menjawab, "Rasulullah akan diam untuk empat alasan: ketenangan, kewaspadaan, untuk merenung dan tafakkur. Adapun perenungan beliau adalah dalam usaha untuk berlaku adil dalam memberi pertimbangan dan mendengarkan setiap pembicaraan mereka. Tafakurnya adalah mengenai hal-hal yang kekal dan akan musnah. pada diri Rasulullah terkumpul segala sifat kelembutan dan kesabaran. Tidak ada sesuatupun yang menyebabkannya menjadi marah dan tidak pula beliau meremehkannya. Beliau sangat hati-hati dalam empat hal: senantiasa memilih yang lebih baik, dan mengurusi mereka dalam perkara-perkara yang beliau Shallallahu Alaihi Wa Sallam kumpulkan bagi mereka, baik dunia maupun akhirat."

7 dua bagian lainnya tercecer dari kitab al Bidayah dalam naskah yang telah tercetak. tetapi kedua bagian itu disebutkan secara kuat di dalam ad Dala'il, bersumber dari riwayat al Fasawi, yaitu : "Dia meninggalkan perbuatan tercela agar tidak dilakukan lagi, dan berfikir keras untuk memperoleh satu pendapat yang baik bagi umatnya." ad Dala'il (1/292) demikian juga tercantum dalam kitab Akhlaq Nabi karya Abu Asy Syaikh (hal.26) (al A'zhami)

Hadits ini pernah diriwayatkan oleh imam at Tirmidzi dengan lengkap dalam kitab asy Syama'il dari sumber Hasan bin Ali bin Abi Thalib radhiallahu Anhu, dia berkata "Aku bertanya kepada pamanku - kemudian dia menyebutkan hadits tersebut." dalam hadits itu juga ada cerita al Hasan dari saudaranya al Husain, dari ayahnya, yaitu Ali bin Abu Thalib. Hadits ini juga diriwayatkan al Baihaqi dalam kitab ad Dala'il, dari al Hakim dengan sanadnya, dari al Hasan, dia berkata, "Aku bertanya kepada pamanku, Hindun bin Abi Halah lalu dia menyebutkan riwayat itu." demikian pula al Hafizh ibnu Katsir pernah menyebutkan dalam kitab al Bidayah (6/33). sanad hadits ini disebutkan oleh al Hakim dalam kitab al Mustadrak (3/640), kemudian ia menyebutkan hadits itu secara panjang lebar. Hadits itu juga dikeluarkan oleh ar Ruyani, ath Thabarani dan Ibnu Asakir seperti yang terdapat dalam kitab kanz al U'mmal (4/32) dan oleh Baghawi dalam kitab al Ishabah (3/611), tetapi yang diriwayatkan dalam kitab Kanz al U'mmal pada akhirnya disebutkan kalimat: "telah berkumpul sifat waspada dalam diri beliau dalam empat hal: beliau selalu mengambil yang lebih utama agar diikuti, meninggalkan hal-hal yang tercela agar dijauhi, ijtihad dalam mencari pemikiran yang bisa memperbaiki umatnya, dan mengurusi mereka dalam perkara-perkara yang telah beliau Shallallahu Alaihi Wa Sallam telah kumpilkan bagi mereka, baik dunia maupun akhirat." demikian ia menyebutkannya dalam kitab al Majma'1 (8/275) dari ath Thabarani.

1 yakni: dalam Majma ' az Zawa'id dan Manba' al Fawa'id li al hafizh Nuruddin 'Ali bin Abu Bakr al Haitsami, wafat 807H. lihat pada halaman 55 bagian itu.

0 Comments: